Minggu, 11 November 2012

Anak Berkebutuhan Khusus dan Sekolah Luar Biasa

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Namun dewasa ini,  Anak berkebutuhan khusus tidak hanya anak-anak yang mengalami kekurangan -- fisik atau mental, tetapi juga mereka yang memiliki kemampuan lebih atau di atas rata-rata. Anak yang sangat cerdas termasuk kategori anak berkebutuhan khusus. Mereka mungkin sangat cerdas dalam hal pelajaran, namun belum tentu mereka cerdas dalam bersosialisasi atau berkreasi.
Pada masa kini, kecerdasan seseorang tak lagi hanya diperhitungkan dari segi akademis. Anak-anak yang memiliki kelebihan dalam bidang nonakademis pun kini mulai mendapat tempat. Misalnya, di bidang olahraga dan seni. Untuk itu, sebagai orang tua, kita tidak perlu memaksa anak-anak kita untuk menjadi anak yang paling pintar di kelas. Daripada memaksakan anak untuk melakukan apa yang mungkin kurang bisa dikuasainya, cobalah untuk menggali potensi kecerdasan nonakademis yang dimiliki anak dan memupuknya dengan baik. Anak-anak berbakat dan cerdas istimewa dapat dikenali dari beberapa segi. Pertama, bakat turunan. Jika suami Anda senang mengotak-atik otomotif dan anak-anak Anda suka mengamati dan selanjutnya bisa menguasai bidang otomotif, kemungkinan mereka memiliki bakat turunan dari suami Anda. Kedua, sensitivitas. Anak-anak yang memiliki sensitivitas tinggi (misalnya mudah terharu, mudah tersinggung, mudah terbangun dari tidur karena ada suara yang lirih, atau mudah mengalami iritasi) menandakan bahwa mereka memiliki bakat istimewa. Ketiga, skor tes IQ di atas 130. Keempat, perilaku. Anak-anak berbakat istimewa cenderung mampu fokus pada suatu subjek, sangat jeli dan teliti, memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki ingatan tajam, mudah menyerap pelajaran, serta mampu memberikan alasan kuat untuk segala tindakan dan ucapannya. Kelima, penguasaan bahasa. Kosakata anak berbakat istimewa cenderung lebih banyak daripada anak sebayanya, mudah membaca pada usia dini, dan kritis. Jadi, mereka akan banyak bertanya. Keenam, peka secara emosi. Tak jarang anak-anak berbakat istimewa yang tertarik dengan topik-topik yang tidak lazim, seperti apa itu kematian, ke mana orang sesudah mati, mengapa orang mati membusuk, dan lain sebagainya. Secara kepekaan, anak seperti ini biasanya sangat sensitif dan secara fisik mudah diprovokasi untuk melakukan kegiatan luar ruangan. Ketujuh, memiliki selera humor tinggi. Bahkan sampai ke level bisa menertawakan diri sendiri, sama seperti orang dewasa. Mereka juga cenderung perfeksionis, suka dengan hal-hal yang sistematis, terpola, dan selesai dengan sempurna. Anak semacam ini selalu penuh energi, tidak mudah lelah, serta mudah menyesuaikan diri, dan dekat dengan orang-orang dewasa. Kedelapan, mampu berpikir abstrak. Misalnya, silsilah keluarga yang rumit. Kesembilan, pintar menggambar. Mereka tidak hanya dapat menggambar, namun juga dapat membangun sesuatu yang kompleks dengan pola yang tidak biasa dengan beragam medium (balok, krayon, cat air, gambar, pasir, tanah liat, dsb.). Ciri-ciri tersebut selaras dengan hasil penelitian dari Balitbang Depdikbud (1986) dan Council of Curriculum Examinations and Assessment (2006). Jika dilihat secara fisik, anak yang berbakat istimewa memiliki tinggi badan lebih kurang 53-54 sentimeter saat lahir. Ukuran otaknya juga lebih besar daripada anak lainnya. Perkembangan motorik kasarnya sangat cepat, tetapi perkembangan motorik halusnya lebih lama. Oleh karena itu, meskipun dia cepat membaca namun dia sulit menulis. Anak berbakat istimewa pun berbeda dengan anak cerdas istimewa. Anak berbakat cenderung cepat bosan, gemar bermain, tidak suka belajar karena sudah tahu jawabannya, dan bahkan kelewat kritis, sehingga mempertanyakan jawaban yang sudah ada. Anak cerdas suka belajar, mendengarkan dengan baik, bisa menjawab pertanyaan dengan baik, memberi perhatian, dan lebih senang bersosialisasi dengan teman-teman yang seusia. Anak berbakat cenderung memberontak, agak malas, maunya menang sendiri, tidak suka belajar, unggul dalam tes pilihan ganda karena lebih suka menebak, dan kritis terhadap dirinya sendiri. Anak-anak berbakat dan cerdas istimewa harus dikenali, dibimbing, dan difasilitasi dengan pendidikan yang tepat. Jika tidak, kelebihan-kelebihan yang mereka miliki dapat menjadi negatif. Sayangnya, banyak guru sekolah yang mengabaikan atau memberi cap buruk (black list) kepada anak-anak seperti itu, karena mereka cenderung sering membuat keributan, tidak bisa tenang, malas, dan tidak bisa mengikuti pelajaran. Dengan kondisi yang seperti itu, kemungkinan besar mereka sering mendapat umpatan atau cemooh dari teman-teman atau guru mereka. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena sikap seperti itulah yang justru semakin menjauhkan mereka dari sekolah, dan membuat mereka semakin merasa terpuruk dan tidak berguna. Sebaliknya, dengan memberikan perhatian dan pengarahan yang tepat sesuai minat, mereka dapat menolong anak berbakat dan cerdas istimewa untuk meraih kesuksesan di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar